Jumat, 05 Juni 2015

EVALUASI PENGAJARAN DAUR ULANG KALENG SUSU DAN BOTOL BEKAS PADA ANAK – ANAK

Nama Kelompok
1. Devira Fadiyah  (13-031)
2. Yessica  (13-101)
3. Hanna chairunnisa Lubis  (13-105)
4. Ester Rheyn Judika S (13-109)
5. Reza Al Faridz  (13-113)

Evaluasi :
 1.  Penulisan huruf kapital pada awal kata bulan (April), sudah diperbaiki

 2.  Alat dan bahan, alat dan bahan yang dianggap terlalu berbahaya jika digunakan oleh anak seorang diri, maka dari itu perlu diberitahukan kepada anak mengenai harus adanya pengawasan orang tua jika akan melakukan kegiatan tersebut.
 3.  Penggunaan tisu yang berlebih maka itu tidak sama dengan konsep daur ulang, maka dari itu diberi penambahan pengetahuan kepada anak mengenai barang – barang lain yang bisa digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut, contohnya koran bekas dapat menjadi pengganti tisu.

Minggu, 26 April 2015

PENGAJARAN DAUR ULANG KALENG SUSU DAN BOTOL BEKAS PADA ANAK-ANAK



Nama Kelompok
Devira Fadiyah (13-031)
Yessica (13-101)
Reza Al Faridz (13-113)


A.    OBSERVASI
Observasi pertama dilakukan pada tanggal 17 april 2015 pada jam 4 sore. Kami memulai pelaksanaan tugas dengan mencari anak dengan umur sekitar 6-10 tahun yang rumahnya berdekatan. Setelah anak-anak terkumpul, kami mulai pengajaran dengan berkenalan satu sama lain dan memperkenalkan diri kami. Kami memberitah tentang apa yang akan kami ajarkan hari ini. Saat kami mengatakan hari ini kami akan mengajarkan membuat tempat pensil dari kaleng susu bekas, mereka terlihat bingung. Beberapa dari mereka saling melihat satu sama lain. anak-anak terlihat antusias saat memilih kertas tisu yang akan digunakan, menggunting kertas tisu untuk membuat pola tempat pensil. Salah satu anak ada yang menjadi sangat kompetitif dalam pengerjaan dan ada juga yang merasa bahwa membuat tempat pensil tidak cocok untuk dikerjakan oleh laki-laki. Namun, pada akhirnya, mereka merasa puas dengan pengerjaan tempat pensil mereka karena itu merupakan hasil tangan mereka sendiri. Hari kedua, anak-anak terlihat tertarik saat mendaur ulang botol bekas menjadi pot bunga. Mereka semakin tertarik bahwa mereka akan mengecat sendiri pot bunga mereka. Pertamanya mereka terlihat berhati-hati saat mengerjakannya karena takut kotor, tetapi lama kelamaan mereka terlihat lebih santai dan mengerjakannya dengan penuh semangat. Mereka mencampur warna lain sehingga mendapatkan warna-warna baru. Saat waktunya sudah mau habis, mereka tidak mau berhenti. Pada akhirnya, kami menghitung sampai 10 dan mereka berhenti mewarnai. Mereka terlihat puas dengan pot bunganya. Mereka tersenyum dan saat menunggu kering mereka tidak sabar. Mereka menunggu di dekat pot mereka. Saat pot mereka sudah selesai, mereka terlihat senang.
B.     PERENCANAAN
1.      Landasan Teori
Para pakar sering mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan main anak akan belajar, artinya anak yang belajar adalah anak yang bermain, dan anak yang bermain adalah anak yang belajar. Bermain dillakukan anank – anak dalam berbagai bentuk saat sedang melakukan aktivitas,mereka bermain sambil berjalan berlari, mandi, menggali tanah, memanjat, melompat, bernyanyi, menyusun balok menggambar, dan lain sebagainya. Kami berusaha memahami konsep belajar sambil bermain dengan konsep pedagogi praktis. Seperti yang diketahui pedagogipraktis tidak hanya mengetahui apa yang dituliskan di teori saja tetapi dengan mengaplikasikannya dengan cara melakukan kegiatan bermain sambil belajar seperti ini yang akan meningkatkan kreativitas maupun perkembangan motorik anak.  Dalam hal pengaplikasian proses pembelajaran ini tentu saja dibutuhkan seorang pendidik, kami disini berlaku sebagai pendidik anak – anak ini dalam proses bermain sambil belajar. Peran kami tidak jauh berbeda dengan para guru pada umumnya. Maka kami berusaha untuk mampu menjadi guru yang baik.
Adapun ciri – ciri guru yang baik antara lain :
·         Hormat, jujur, kasih sayang sabar, ikhlas, disiplin, bertanggung jawab, rajin berpikir postif, ramah, rendah hati
·         Memiliki kesadaran akan tujuan
·         Excellent
·         Mempunyai kemampuan bekerja dalam tim
·         Mampu membuat anak mencintai belajar

Konsep pembelajaran tentu mempunyai tujuan yang jelas. Kali ini dalam konsep kami belajar sambil bermain tujuan kami adalah meningkatkan kreativitas anak, meningkatkan perkembangan motorik halus, dan meningkatkan kemampuan bersosial.
Mengembangkan motorik halus melibatkan otot –otot halus yang mengendalikan tangan dan kaki. Disini dapat dilihat bahwa dengan mengecat dan membuat tempat pensil sangat membantu anak – anak dalam meningkatkan kemampuan otot halus mereka.  Kemudian dengan memberikan kebebasan mereka dalam mengecat maupun membuat tempat pensil akan memunculkan imajinasi imajinasi mereka yang dapat meningkatkan kreatifitas mereka. Dan bermain sambil belajar bersama teman – teman tentu akan meningkatkan  kemampuan bersosialisasi mereka.

2.      Lokasi
Komp. Pemda Jalan Kenanga No. 5 Tanjung Sari Medan 20132
3.      Waktu
Pertemuan pertama
Hari : Jumat, 17 April 2015
Jam : 16.00 WIB – 17.30 WIB
Pertemua kedua
Hari : Sabtu, 18 April 2015
Jam : 14.00-16.00
4.      Rencana Kegiatan
Jumat, 17 April 2015
16.00-16.10: Perkenalan, persiapan untuk memulai pengerjaan tempat pensil, dan briefing singkat
16.10-17.20: Pengerjaan tempat pensil dari kaleng bekas
17.20-17.30: Pemberian reward dan perpisahan
Sabtu, 18 April 2015
14.00-14.10: Persiapaan pembuatan pot bunga dari botol bekas
14.10- 15.50: Pengerjaan pot bunga dari botol bekas
15.50-16.00: pemberian reward dan perpisahan
C. PELAKSANAAN
Pertama, kami mencari anak – anak dengan kriteria yang dibutuhkan (anak- anak berusia 6 – 9 tahun sekitar 4 – 5 orang). Kemudian kami memberitahu mengenai kegiatan yang akan kami lakukan dengan orangtua mereka dan meminta izin kesediaan anak –anaknya untuk mengikuti kegiatan kami. Setelah mendapat izin kami akan membawa anak – anak ke rumah salah satu anggota kelompok kami yaitu Hanna Chairunnisa L yang alamatnya sudah tertera diatas.
Kami melakukan kegiatan mendaur ulang barang – baranf bekas tersebut selama dua hari. Hari pertama untuk membuat tempat pensil dari kaleng bekas dan hari kedua membuat pot dari botol plastik bekas. Kegiatan pertama kami adalah perkenalan, lalu dilanjutkan dengan memberi informasi mengenai lingkungan, kemudian langsung mengerjakan kegiatan yang dimaksud, dan terakhir penutup. Hari kedua pertama akan diberi penjelasan singkat tentang masalah sampah lalu dilanjutkan dengan pendauran ulangan botol bekas.
Dalam sesi perkenalan kami akan memberi tahu nama nama anggota kami agar mereka dapat memanggil kami dengan akrab, kemudian kami akan memberi mereka informasi mengenai lingkungan, bagaimana lingkungan yang bersih, bagaimana lingkungan yang kotor, bahaya lingkungan yang kotor dan cara pencegahan lingkungan yang kotor salah satunya adalah melakukan daur ulang. Kemudian akan dilanjutkan dengan pembuatan barang daur ulang, pelaksanaan akan terlampir. Dan terakhir penutup acara adalah dengan memilih barang manayang paling unik dan memberikan reward kepada anak – anak karena telah berpartisipasi dalam kegiatan yang kami adakan.

Cara Membuat :
Tempat pensil dari kaleng susu bekas
1.      Gunting kertas tisu menjadi 4 bagian dengan ukuran persegi panjang kemudian gulung kertas tisu dengan cara memuntirnya / memilinnya dengan jari dari ujung kertas sampai ujung lainnya.
2.      Lakukan hal demikian secara terus menerus sampai gulungan kertas yang digunakan cukup untuk menutupi kaleng bekas
3.      Sebelum gulungan kertas ditempel, kaleng bekas harus di tempel tisu untuk menjadi alasnya
4.      Kemudian tempel gulungan kertas tisu tersebut
5.      Tempel kertas tisu beda waena pada pinggir atas dan bawah kaleng agar tampak lebih menarik
6.      Kemudian kita membuat hiasan bunga, dengan cara membuat gulungan – gulungan tisu warna kecil dan beda – beda warnadan membuat pola seperti bunga. Buat bunga secukupnya
7.      Kemudian tempel bunga pada kaleng
8.      Agar tempat pensil lebih tahan lam, kita dapat memberi perni.
9.      Tempat pensil siap digunakan
Pot dari botol plastik bekas
1.      potong botol plastik agak miring menjadi setengah botol
2.      pada pinggiran botol buat lubang kecil dengan menggunakan cutter
untuk dibolongin pada kedua sisi yang berhadapan
3.      lalu siapkan cat dengan pilihan warna apapun,kuas dan koran bekas
sebagai alasnya
4.      mulailah dengan mengecat bagian dalam botol terlebih dahulu lalu
dengan memakai sarung tangan plastik dan beralaskan koran
5.      setelah bagian dalam botol,dilanjutkan dengan mengecat bagian luar botol
6.      tunggu sampai cat pada botol kering setelah itu isi botol dengan
tanah dan bibit yang telah disiapkan
7.      pada akhirnya,buat tali rajut pada masing-masing lubang agar pot bisa
digantung dimanapun,misal di batang pohon
8.      selesai

D.    LAPORAN KEGIATAN
          Hasil yang kami terima sebagai pendidik khususnya terhadap pengajaran yang kami berikan sangat positif. Positif dalam artian, kami sebagai pendidik merasa bangga, puas dan berhasil untuk bisa mendidik anak-anak dengan berbasis pembelajaran paedagogi. Dengan melihat para peserta yang sangat senang dan tertarik dengan apa yang kami ajarkan kepada mereka, diujung waktu kami memberikan mereka beberapa reward sebagai tanda terima kasih kami kepada semua peserta dan reward juga bukan sekedar hal yang terlalu menjadi fokus utama, Karena misi kami disini adalah bagaimana kami para pendidik bisa memberikan pengajaran dimulai dari hal yang kecil selayaknya orang dewasa yang bertanggung jawab. Lalu kami juga ingin melihat bagaimana respon anak-anak yang kami ajarkan dalam proses yang kami berikan, dimulai dari pemahamannya, keaktifannya, dan cara mereka untuk mengungkapkan aspirasi mereka jika mereka merasa kurang puas atas hasil yang mereka dapatkan.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, kami melihat semua peserta sangat merasa tertarik dan senang atas pembelajaran yang diberikan. Walaupun pada awalnya khususnya hari pertama mereka masih terlihat malu dan canggung karena baru mengenal kami, tetapi seiring dengan berjalannya waktu mereka sangat menikmati setiap perjalanan program dan sangat antusias ketika kami akan melanjutkan kepada pembelajaran yang selanjutnya. Dari awal pembelajaran, kami tidak menuntut agar anak bisa sempurna dalam pembuatan barang-barang yang kami ajarkan, tetapi sejauh kami melihat perkembangan mereka saat proses pembelajaran, mereka sangat bisa menguasai setiap program yang kami buat walaupun tidak sepenuhnya sempurna tetapi mereka bisa mengikuti petunjuk dan arahan yang kami berikan. Disamping itu juga, kami melihat anak-anak bisa bereksplorasi dan masing-masing dapat mengembangkan kreatifitasnya melalui pemilihan warna yang beragam, hiasan, dan cara mereka untuk melalukan tugas tersebut. Pada kesempatan berikutnya khususnya hari kedua, para peserta juga memperlihatkan semangat mereka dan siap untuk menerima pembelajaran yang selanjutnya. Seperti pada pembuatan pot bunga, mereka sangat aktif dan kreatif dalam menjalani tugas tersebut mulai dari pemilihan catnya sampai memberikan warna pada tempat pot tersebut, mereka sangat teliti dan ketika pengerjaan berlangsung tidak ada keonaran ataupun keributan yang terjadi karena dari mereka semua sangat teliti dan berkonsentrasi.
Kami sebagai pendidik bisa memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam pembelajaran, dan berharap untuk bagi semua pendidik dapat memberikan pembelajaran yang tepat bagi anak-anak yang mempunyai bakat ataupun bagi anak-anak yang mempunyai kekurangan dan bisa memberikan pengajaran yang terbaik bagi peserta didik. Karena para peserta didik hanya bisa mengikuti pendidik dalam mempelajari sesuatu dan menerapkannya dalam kehidupan mereka, jadi kita sebagai pendidik tidak boleh asal dalam memberikan pengajaran karena hal ini akan membawa peserta didik kepada masa yang akan datang.
E.     DOKUMENTASI





 

F.      TESTIMONI
Kegiatan eco learning dengan bermain sambil belajar kreatifitas ini menarik buat anak-anak. Kami mengalami sedikit perdebatan saat menentukan topiknya dan apa kegiatan yang akan kami lakukan dan sepakat untuk memilih topik eco learning. Dan kegiatannya adalah dengan mengajarkan cara membuat pot bunga dan menghiasnya, kemudian membuat kotak pensil dan menghiasnya dan bisa dibuat di meja belajar. Saat perencanaan kami juga sedikit mengalami kesulitan untuk menentukan siapa anak-anak yang akan kami ajak, awalnya kami berniat untuk melakukan di sekolahan tetapi akhirnya kami sepakat akan melakukan dengan anak-anak tetangga salah satu anggota kelompok kami. Kami juga mengalami sedikit kesulitan untuk menyamakan jadwalnya karena anak-anak punya kegiatan berbeda, ada yang les hingga sore. Dan akhirnya kami mendapatkan jadwal yang kami semuanya bisa. Saat proses pelaksanaan kami tidak mengalami kesulitan yang cukup berarti. Saat pelaksanaan banyak hal-hal yang menyenangkan karena anak-anak tertarik untuk melakukan kegiatan tersebut. Anak-anak juga sering bertanya kalau tidak mengerti dan meminta bantuan jika membutuhkan pertolongan. Kami juga membagikan reward kepada mereka, mereka juga sangat senang mendapatkan reward dari kami walaupun tidak mahal hanya jajanan saja. Tetapi mereka tetap senang. Saat proses penyusunan laporan kami berbagi tugas lalu dikumpulkan kemudian disepakati terlebih dahulu pada laporan kami ini. Akhirnya laporan dapat diselesaikan secara maksimal dan tepat waktu.

Senin, 29 Desember 2014

"Potong Tangan Sendiri Untuk Bertahan Hidup"



I.FENOMENA
           
       

Apa yang akan terjadi jika anda mengamputasi tangan sendiri demi bertahan hidup? itulah yang dilakukan Aron Ralston, seorang pegawai toko Ute Mountaineer, yang menjual alat-alat mendaki gunung.
Aron yang maniak mendaki seorang diri, sebelumnya sudah mencapai 55 puncak pegunungan Colorado dengan ketinggian 14ribu kaki, dan 45 di antaranya ia daki seorang diri.
Bagi Aron mendaki sendirian adalah tantangan yang memacu adrenalinnya. Itu sebabnya ia pun tidak memberi tahu siapa pun, termasuk ibunya ke mana ia pergi.
Tetapi pada akhirnya berujung musibah. Ketika Aron berpetualang ke Canyonlands National Park dengan truk, dilanjutkan naik sepeda, lalu berjalan kaki, hingga canyoneering atau merayap di celah-celah sempit dua tebing batu, ia kena batunya. Aron terjatuh ke dalam celah sempit bersama sebongkah batu 360kg yang langsung menjepit tangan kanannya di dinding tebing.
Didasari oleh jiwa berpetualang, dalam kondisi begini pun Aron masih bisa berpikir jernih dan memikirkan 4 rencana untuk bertahan: 1. Berteriak minta tolong dan berharap ada yang mendengar (kemungkinannya kecil sekali) 2. Mengungkit batu agar bisa mengangkat tangannya 3. Mengikat batu dengan tali yamg dikaitkan di atas tebing untuk menariknya 4. Memotong tangannya.
Semua cara (kecuali nomor 4) sudah diupayakannya. Namun hasilnya nihil. Siang-malam hingga hari kelima Aron masih hidup walau lemah. Ia pun terpaksa meminum air seninya sendiri untuk bertahan hidup. Dan Aron membuat dokumentasi dengan video cameranya, berpamitan pada orangtuanya, kalau itulah waktu kematiannya.

Hingga di hari keenam, Aron tak punya pilihan lain, ia memutuskan mengamputasi tangan kanannya. Dengan  menggunakan alat multi tool yang ternyata tak tajam, Aron berusaha memotong tangannya di bawah siku. tetapi gagal!
Karena terbentur tulang lengannya, pisau tumpul itu tak mampu memotong. Dengan sangat berani, Aron mematahkan dua tulang lengan kanannya, dengan menekannya ke batu. Begitu patah, selama 1 jam ia memotong tangannya itu hingga putus.
Kemudian ia merawat lengannya dengan peralatan P3K seadanya, membungkus dengan baju dan masih harus mendaki untuk keluar celah sempit. Ia berteriak minta tolong dan ada sekeluarga yang mendaki juga mendengar teriakannya. Seketika mereka menolong Aron dan mengubungi helikopter untuk memberikan pertolongan. Sempoyongan Aron berjalan bersama sekeluarga petualang dari Belanda itu. Aron memutuskan terus berjalan, walaupun sempoyongan, sampai sebuah helikopter menjemputnya.
Dengan kisahnya itu dapat disimpulkan bahwa ia bisa bertahan hidup selama 127 jam dengan terjebak di dalam celah sempit dan terjepit batu sebesar 360kg sampai ia akhirnya bisa selamat dari musibah yang menimpanya tersebut, dan tanpa ada asupan makanan dan minuman.
Kini bahkan dengan satu lenganpun Aron masih menjadi pendaki yang handal dan pantang menyerah. Tapi Aron mendapatkan sebuah pelajaran mahal, bahwa ia harus memberitahukan orang-orang ke mana ia pergi.
Kisah Aron menjadi pelajaran yang sangat berharga khususnya bagi para pendaki gunung. Lalu kisahnya ini diangkat menjadi sebuah film yang berjudul 127 Hours. Dengan menceritakan seorang petualang yang suka pergi sendiri berpetualang baik itu hiking, mendaki, dan sebagainya seketika dia pun terjatuh diantara sela – sela kanyon lalu tangannya terjepit batu dan bagaimana perjuangan selama 127 jam untuk melepaskan diri terjepit diantara celah sempit batuan canyon.
Akhir dari film tersebut. Ternyata dia pantang menyerah dan masih meneruskan petualangannya meski tangan kanannya digantikan dengan hook seperti bajak laut.

II.TEORI

Marvin Zuckerman dalam teori psikologi positifnya menjelaskan tentang Sensation Seeking yang dijelaskan sebagai keinginan untuk bervariasi/ beragam, sensasi dan pengalaman dalam mengambil resiko secara fisik,sosial,dan secara financial demi sebuah pengalaman.
Terdapat 4 komponen didalam sensation seeking
-Thrill and adventure seeking  keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
-           Experience seeking  mencari pengalaman baru melalui perjalanan, lagu, seni.
-           Disinhibition
-           Boredom susceptibility.

Pada sensastion seekers (orang-orang yang mempunyai sensation seeking) , Zuckerman menjelaskan bahwa orang tersebut cenderung dipengaruhi oleh usia karena orang yang mempunya sensation seeking yang tinggi adalah orang yang memilih pengalaman yang sangat beresiko dan berpetualangan dan itu ditujukan pada orang yang meiliki usia yang relatif muda.

Lalu pada behavioral differences menunjukkan bahwa beberapa orang yang mempunyai sensation seeking yang tinggi akan lebih menikmati aktivitas yang memacu adrenaline seperti mountain climbing, scuba diving, parasailing dsb. Sementara orang yang mempunyai sensation seeking yang rendah akan lebih menghindari aktivitas seperti itu.
III.PEMBAHASAN
Berdasarkan teori Marvin Zuckerman, Aron Ralston mempunyai tingkat sensation seeking yang sangat tinggi. Aron sangat berani dalam mengambil resiko yang sangat membahayakan baik itu secara fisik ataupun mental demi sebuah pengalaman seperti pada tepatnya definisi dari sensation seeking itu sendiri.
Dengan berpetualangan sendirian tanpa member tahu siapapun ia nekat untuk berpetualang ke Canyonlands National Park, dengan berjalan kaki dan dilanjutkan dengan menaiki sepeda sampai pada akhirnya ia merayap di celah-celah sempit pada dua tebing batu dan seketika ia terjatuh masuk kedalamnya bersama bongkahan batu seberat 360kg yang langsung menjepit tangan kanannya di dinding tebing. Ini sangat berkaitan dengan bagian dari sensation seeking yaitu   Thrill and adventure seeking  yang mempunyai arti keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi. Bahaya yang Aron alami sangat terlihat jelas ketika ia merayap pada batu tersebut. Kecepatan juga sangat di lihat ketika ia jatuh terperosok ke dalam celah batu tersebut. Seperti yang dijelaskan Aron dengan tingkat sensation seeking yang tinggi juga dapat dilihat bahwa pemilihan pengalaman yang  ia jalani sangat memacu adrenaline dan dalam keaadaan yang sangat bahayapun ketika ia sudah memtong tangannya karena terjepit oleh batu, dan kondisi pangan yang sangat minim ketika ia harus meminum air seninya sendiri ia tetap bisa berfikir jernih dan menikmati segala yang telah terjadi kepadanya.
Jadi sangat jelas bahwa seseorang yang mempunyai sensation seeking yang tinggi sangat ingin mengambil resiko baik secara fisik, mental ataupun financial demi sebuah pengalaman. Mereka sangat menikmati aktivitas yang memacu adrenaline dengan menjalani pengalaman yang sangat melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi. Dan pada seseorang yang mempunyai sensation seeking yang tinggi, ketika dihadapkan pada suatu kesulitan yang sangat mengancam kehidupannya, ia tetap bisa bersikap tenang dan berfikir jernih serta menikmati pengalaman yang ia rasakan tersebut.
Source:
-www. kompasiana.com/film/2012/03/07/potong-tangan-sendiri-untuk-bertahan-hidup-444593.html